Jangan; Kejar Bayangan

“ Dunia ini ibarat bayangan. Kejar dia dan engkau tak akan dapat menangkapnya. Balikkan badanmu darinya, dan dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu ”

Opini,kahmibengkulu.com – Begitu pesan bijak ulama sekaligus cendekiawan muslim, Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Hidup pada abad ke-13. Pesan ini sangat relevan dengan kondisi kekinian. Balada perburuan tetesan minyak goreng yang mulai mengering di pasaran. Semakin hari, semakin dikejar dan diburu. Bak bayangan, minyak goreng-pun makin langka dan menghilang. Sulit ditangkap, terutama oleh koki terbaik sepanjang masa; emak-emak.

Gerakan Kolektif Emak-Emak dan Negeri Lumbung CPO

Ketika Presiden Vladimir Putin memerintahkan kepala pertahanannya untuk menempatkan pasukan nuklir dalam siaga tinggi, dunia cemas. Titah ini tak main-main dan bisa menjadi booster perang dunia ketiga. Meski besar potensi ikut terdampak kekita, rupanya perintah mantan Intelijen KGB tidaklah terlalu menimbulkan kepanikan dan kecemasan. Justru panik dan cemas melanda ketika minyak goreng mulai hilang keberadaannya di pasaran. Kepanikan menyalak. Antrian dimana-mana. Desakan tak terhindarkan, menghimpit dan menindih omicron. Emak-emak-pun mulai meradang dan “bergerak”.

Ini menjadi warning bagi mafia, kartel dan spekulan yang bermain, menimbun dan “menggoreng” minyak goreng hingga kering di pasaran. Waspada. Jika emak-emak sudah bersatu. Maka anda-anda yang yang meneguk keuntungan dari antrian yang sudah menelan korban ini. Akan gigit jari. Jangan anggap temeh “kaum dasteran”.

BACA JUGA ; Kunjungan Mahfud MD di Bengkulu Ajak KAHMI Jalan Sehat

Siapa yang mempunyai andil besar mematikan bisnis ritel dan toko raksasa pakaian di Indonesia? atau yang menutup gerai supermarket yang sudah lama menancapkan kukunya? Ada emak-emak dasteran disana. Mereka inilah penguasa pasar sesungguhnya. Terlebih dimasa pandemi. Sepak terjang dalam bisnis “jualan online” dari rumah, sembari masak, ngemong anak, mencuci, dan membersihkan rumah, ternyata tak bisa dianggap sebelah mata. Bisnis jualan online massif kaum dasteran, secara tidak langsung meruntuhkan kedigdayaan ritel-ritel raksasa penguasa pasar. Emak-emak dilawan!.

Bercermin dari sini. Penulis menyakini, jika solidaritas emak-emak dasteran sudah mengkristal, membangun gerakan kolektif untuk menahan diri “tidak mengantri” minyak goreng (kecuali bagi pelaku usaha kecil), sebulan atau dua bulan bahkan lebih. Maka, para peraup keuntungan itu akan menangis. Mafia, kartel dan spekulan, akan kelabakan. Ini dunia bisnis. Satu hari saja bisnis tidak jalan, rugi. Apalagi sampai berbulan-bulan tidak ada yang membeli.

Jangan biarkan mafia terlalu lama berjingkrak pora melihat kepanikan masyarakat yang berebut minyak goreng. Jangan ikuti resonansi irama permainan mereka.

BACA JUGA ; Ruang Ekonomi KAHMI

Penulis pikir, tidak terlalu berlebihan, untuk menghadapi para mafia tengik ini dengan mengimplementasikan pesan bijak Ibnu Qayyim di atas. Minyak goreng adalah urusan dunia yang diibaratkan sebagai bayangan. Jangan dikejar, jangan diburu, jangan diantri. Biarkan para mafia, kartel dan spekulan itu yang berbalik membutuhkan pembeli minyak gorengnya.

Tentu ini pilihan sulit, dan terkesan hanya gerakan utopis saja. Disamping itu, tantangan tak kalah beratnya karena minyak goreng sudah terlanjur lengket dalam kuali didapur rumah kita. Tapi apa yang tidak mungkin tidak terjadi, jika emak-emak sudah membulatkan tekadnya.

Bermodalkan segudang pengalaman sebagai koki andalan keluarga, tidaklah sulit untuk menyajikan variasi menu makanan yang lezat dan sehat tanpa minyak goreng. Jangankan tanpa minyak goreng, dengan bahan seadanya saja kemampuan emak-emak meracik masakan, tak diragukan lagi nikmatnya. Sejatinya, mereka inilah koki terbaik sepanjang masa.

BACA JUGA ; Bahlil Lahadalia, My Dream Came True

Diluar itu, enak atau tidak, nikmat atau tidak makanan, tidaklah terletak pada minyak gorengnya. Rasa syukur, cinta dan kehangatan emak-emak menyajikan makanan untuk suami, anak dan keluarga, adalah kunci racikan menu ternikmat. Silahkan dicoba, jika ragu.

Sementara itu disisi lain, jika kita menelisik potensi kekayaan pertanian pada subsektor perkebunan, terutama kelapa sawit. Sangat menjanjikan dan rasanya tidak perlu ada kekhawatiran berkepanjangan akan kekurangan stok. Indonesia adalah Negara penghasil minyak sawit terbesar didunia. Produksi CPO Indonesia lima tahun terakhir mengalami peningkatan cukup signifikan. Tahun 2016 sebesar 31,49 juta ton, menjadi 34,94 juta ton ditahun 2017. Kemudian mengalami lonjakan kenaikan 42,88 juta ton ditahun 2018 dan 47,12 ton ditahun 2019, dan sedikit mengalami penurunan ditahun 2020 menjadi 44,76 juta ton yang diduga karena pandemi Covid-19. (BPS, Statistik Kelapa Sawit Indonesi 2020).

Dari jumlah produksi CPO ditahun 2020, terbesarnya dihasilkan oleh perkebunan swasta. Ada 30,1 juta ton (60 persen) dihasilkan oleh Perkebunan Besar Swasta , 16,2 juta ton (34 persen) oleh Perkebunan Rakyat, dan 2,1 juta ton (4 persen) oleh Perkebunan Besar Negara. Sedangkan provinsi penyumbang terbesar Produksi CPO tahun 2020 adalah Provinsi Riau dengan kontribusi 19 persen dari total angka nasional.

Begitu juga dengan luas lahan perkebunan sawit yang semakin lama hamparannya semakin luas. Tahun 2016 seluas 11,20 juta hektar, 2017 12,38 juta hektar, meningkat pesat pada tahun 2018, 2019 dan 2020 sebesar 14,33 juta hektar, 14,46 juta hektar, dan 14,56 juta hektar.

Semoga potensi lumbung produksi CPO maupun luasan perkebunan sawit di Indonesia, bisa menyelesaikan tetesan minyak goreng yang makin mengering. Kita juga berharap adanya gerakan bersama pemerintah dan masyarakat untuk memerangi mafia minyak goreng. Sehingga minyak manis (minyak goreng) benar-benar terasa manis di lidah masyarakat. Dan mendapatkanya-pun tak harus seperti mengejar bayangan (lagi).

 

JANGAN; KEJAR BAYANGAN
Oleh: Suhanderi, SH.MH

Penulis adalah Pengurus MW KAHMI Bengkulu

mwkahmi bengkulu

Website Resmi Majelis Wilayah KAHMI Provinsi Bengkulu

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *